default ads banner CODE: NEWS / LARGE LEADERBOARD / 970x90

Senjata Menghadapi Fitnah Akhir Zaman

Senjata Menghadapi Fitnah Akhir Zaman
Keislaman
Dokpri
default ads banner CODE: NEWS / BANNER 1 / 468x60

SuaraNW. Com - عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ: «بَادِرُوا بِالأَعْمَالِ فِتَنا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ. يُصْبِحُ الرَّجُلُ فِيْهَا مُؤْمِناً وَيُمْسِي كَافِراً. أَوْ يُمْسِي مُؤْمِناً وَيُصْبِحُ كَافِراً. يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنَ , الدُّنْيَا»


Dari Abu Hurairah Ra, bahwa Rasulullah Saw berabda :

"Bersegeralah melakukan amalan shalih sebelum datang fitnah (musibah) seperti potongan malam yang gelap. Yaitu seseorang pada waktu pagi dalam keadaan beriman dan di sore hari dalam keadaan kafir. Ada pula yang sore hari dalam keadaan beriman dan di pagi hari dalam keadaan kafir. Ia menjual agamanya karena sedikit dari keuntungan dunia” [HR. Muslim]

Para ulama memperingatkan kita bahwa zaman ini adalah zamannya fitnah dan ujian serta sibuknya manusia dengan urusan materi.

Sebagaimana petuah Rasulullah agar kita bersegera dan tidak menunda-nunda amal saleh sebelum datangnya fitnah-fitnah. Fitnah itu bisa menghalangi bahkn menutup pintu kita melakukan kebaikan demi kebaikan. Di depan kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi berupa musibah, gangguan, godaan, bahkan wabah berbahaya yang bisa mengahalangi kita banyak berbuat.


Fitnah di sini secara garis besar ada dua menurut ulama. Fitnah syubhat dengan ilmu sebagai penawarnya dan fitnah syahwat yang iman, sabar, dan ibadah sebagai penangkalnya.


 Ulama mengajak kita waspada terhadap dua gelombang fitnah tersebut. serbuannya perlahan-lahan akan mengeraskan hati sebagaimana tikar yang dianyam,

Rasulullah Saw bersabda, “Fitnah-fitnah akan mendatangi hati bagaikan anyaman tikar yang tersusun seutas demi seutas”. [HR.Muslim]

Akibat dahsyatnya fitnah akhir zaman tersebut, keimanan bisa seumur jagung. Rasulullah Saw menyebutnya pagi beriman, sore harinya sudah murtad.  Ini lantaran deraan fitnah yang datang bertubi-tubi dengan beragam varian dan instrumennya, sehingga mengakibatkan iman seseorang berpagi sore saja.

Syubhat artinya samar, kabur, atau tidak jelas. Fitnah syubhat yang menimpa hati seseorang akan merusakkan ilmu dan keyakinannya. Sehingga jadilah “perkara ma’ruf menjadi samar dengan kemungkaran, maka orang tersebut tidak mengenal yang ma’ruf dan tidak mengingkari kemungkaran.  

Mengutip ungkapan TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, Pendiri ormas Nahdlatul Wathan,

واعلم أخي أننا فى زمن الفتن

حتى يروا حسنا ما ليس بالحسن

“Ketahuilah saudaraku bahwa kita berada pada zaman fitnah. Sehingga manusia menilai baik perkara yang sejatinya buruk.” Penyakit syubhat ini mengakibatkan  keraguan, kemunafikan, bid’ah, kekafiran, dan kesesatan lainnya. 


Adapun syahwat artinya selera, nafsu, keinginan, atau  kecintaan. Sedangkan fitnah syahwat adalah mengikuti apa saja yang disenangi oleh hati atau nafsu yang keluar dari batasan syari’at. Fitnah syahwat ini akan menyebabkan kerusakan niat, kehendak, dan perbuatan orang yang tertimpa penyakit ini. Penyakit syahwat ini misalnya: tamak  harta,  tahta, wanita, ingin populer, haus  pujian, suka perkara-perkara keji, zina, dan berbagai kemaksiatan lainnya.


Di era digital dan informasi tanpa batas dewasa ini,  ditandai semakin merajalelanya fitnah syubhat dan syahwat. Jika pada masa lampau  kita  hanya sebatas lalu saja mendengar dan membaca istilah ini, namun sekarang  kedua fitnah dahsyat  itu ada di ujung jari kita. Cukup sekali klik lalu ia tersaji di depan layar ponsel  kita sendiri.

Setiap hari fitnah syubhat dan syahwat itu direproduksi, bahkan jadi ladang mata pencaharian. Bagaimana orang-orang di belakang layar, baik yang teridentifikasi atau tidak bekerja memproduksi dan  menyebar berita hoax, melempar syubhat yang  nyeleneh, opini pembusukan agama, video atau gambar mesum, dan semua jenis  konten negative ke tengah-tengah ummat. Perkembangbiakannya nonstop 24 jam.

Jelas saja akibat massifnya serbuan fitnah itu, keimanan menjadi goyah, bahkan bisa runtuh sama sekali. Ummat yang memang lemah ilmu dan imannya, rentan tergerogoti penyakit ini. Jika sehari-harinya jauh dari  bimbingan ulama yang lurus, maka keyakinan  akan mudah goyah. Muncul keragu-raguan dalam hati. Anggota tubuh terdorong berbuat maksiat.

Orang-orang yang mencari makan dari usaha memporakporandakan keimanan ummat disebut dalam Al-Qur’an sebagai kaum munafiq dan antek-antek setan  (QS. Al-Baqarah ayat 14). Al-Quran menyindir  mereka sebagai oknum  yang membeli kesesatan dengan petunjuk. Maka perdagangan mereka itu tidak beruntung  sama sekali (QS. Al-Baqarah ayat 16).

Allah SWT senantiasa menjamin keberlangsungan agama dan ummat ini. Namun kita tidak tahu apakah kita termasuk orang yang diselamatkan dari derasnya fitnah syubhat dan syahwat itu. Kita harus memiliki proteksi kuat berupa semangat untuk memperdalam agama melalui para guru yang  diyakini lurus akidah dan baik akhlaknya. Banyak berasosiasi bersama orang-orang saleh dan kaum cerdik pandai yang produktif. Membentuk komunitas-komunitas yang aktif mensosialisasikan internet sehat. Komunitas atau kelompok itu harus survive dan konsisten menginisasi kegiatan positif.   Dan  tidak lupa memperbaiki dan meningkatkan kualitas ibadah kita.


Media dan metode akwah-dakwah kita harus berinovasi dan update terhadap krisis yang dihadapi  masyarakat, terutamapara remaja. Tema-temanya harus membumi tidak selalu melangit, agar pesan-pesan Islam yang kita hadirkan benar-benar dirasakan. sehingga dakwah kreatif, adaftif, dan inovatif menjadi solusi problematika keummatan pada masa penuh fitnah seperti hari ini. (Redaksi SNW).

Oleh : Habib Ziadi Thohir, M.Pd

(Pengasuh Ponpes Darul Muhibbin NW Mispalah dan Ketua Masyarakat Cinta Masjid Kab. Lombok Tengah).


  • Tags
default ads banner CODE: NEWS / BANNER 2 / 468x60

You can share this post!

Komentar